Rambu-Rambu Sirotulmustaqim 2 : ITTIBA'

B. Ittiba’.

1. Arti ittiba’.
Ittiba’ berarti “pengikutan”. Ittiba’ yang dimaksud sebagai dasar agama Islam adalah pengikutan ke-pada Rosululloh Salallahu Alaihi Wasalam dalam memahami Islam dan menerapkannya. Karena Rosululloh Salallahu Alaihi Wasalam sendiri hanya komitmen terhadap pengikutan kepada wahyu Ilahi, maka pada hakikatnya ittiba’ adalah mengikuti wahyu dari Alloh Subhanahu Wataala.



2. Ittiba’ pengawal kemurnian.

Tidak akan mungkin kita dapat menjaga kemurnian Islam kecuali dengan tetap konsisten (sangat tegas) kepada ittiba’. Meninggalkan ittiba' secara keseluru-han, berarti keluar dari Islam. Sedangkan meninggal-kan sebagian dasar ittiba’, berarti masuk ke dalam lingkaran bid’ah, bahkan bisa mengeluarkan seseo-rang dari Islam.

Pemahaman dan pelaksanaan tauhid sendiri harus di-kawal ketat dengan ittiba’. Jika tidak, pasti melahirkan pemahaman dan pelaksanaan yang salah, yang bisa sampai kepada kesyirikan atau paling sedikit akan me-nyampaikan kepada bid’ah. Yang dimaksud dengan pengawalan ittiba’ adalah bahwa pemahaman dan pelaksanaan tauhid dan agama Islam secara keselu-ruhan, harus mengikuti jalan Rosululloh Salallahu Alaihi Wasalam.

Mari kita simak contoh bahaya tidak adanya penga-walan tersebut yang terjadi pada awal zaman, yaitu sejak Nabi Adam Alaihi Salam diturunkan ke bumi sampai sepuluh generasi setelahnya, dimana umat manusia hanya ber-ibadah kepada Alloh Subhanahu Wataala. di atas tauhid. Di ujung zaman tersebut ada beberapa pemimpin dan pemuka agama yang nama-nama mereka adalah Wadd, Suwa’, Yaguts, Ya’uq dan Nasr.

Ketika mereka meninggal dunia, setan membisikkan ke dalam hati pengikut dan pecinta mereka agar membuat patung-patung mereka dan patung-patung tersebut masing-masing diberi nama dengan nama-nama mereka. Lalu setiap patung ditempatkan di setiap tempat dimana masing-masing ulama tersebutmemberikan pelajaran-pelajaran mereka, dengan alasan agar ketika melihat patung-patung tersebut, maka para pengikut mereka akan ingat kepada ajaran-ajaran mereka.

Setelah generasi para pembuat patung tersebut me-ninggal dunia, kemudian setan membisikkan kepada keturunan mereka bahwa sebenarnya bapak-bapak mereka berdoa dan meminta kepada patung-patung tersebut. Maka mulailah kaum Nuh Alaihi Salam menyembah patung-patung dan mulailah kesyirikan pertama di dunia.

Ketidakadaan pengawalan pada kejadian ini adalah terjadinya pembuatan patung-patung sebagai alat pengingat yang merupakan bid’ah, keluar dari sunnah para nabi dan terjadilah malapetaka tersebut.

Mari kita simak kedudukan ittiba’ dalam Islam me-lalui hal berikut:

a. Rosululloh Salallahu Alaihi Wasalam mengikuti wahyu dan tidak sekali-kali memasukkan ke dalam Islam suatu ajaran yang berasal dari produk diri beliau sendiri.


وَاتَّبِعْ مَا يُوحَى إِلَيْكَ مِنْ رَبِّكَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرًا

“Dan ikutilah apa yang diwahyukan Rabb-mu kepadamu. Sesungguhnya Alloh adalah Maha mengetahui apa yang kalian kerjakan.” [QS. al-Ahzab (33): 2]


وَمَا يَنْطِقُ عَنِ الْهَوَى إِنْ هُوَ إِلا وَحْيٌ يُوحَى

“Dan tiadalah yang diucapkannya itu (al-Qur’an) menurut kemauan hawa nafsunya. Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya).” [QS. an-Najm (53): 3-4]

وَلَوْ تَقَوَّلَ عَلَيْنَا بَعْضَ الأقَاوِيلِ

“Seandainya dia (Muhammad) mengada-adakan sesuatu perkataan atas (nama) Kami, niscaya Kami hantam dia dengan tangan kanan. Kemu-dian Kami putuskan urat tali jantungnya.” [QS. al-Haqqoh (69): 44-46]

b. Rosululloh Salallahu Alaihi Wasalam mengikuti jalan para nabi sebe-lumnya.

ثُمَّ أَوْحَيْنَا إِلَيْكَ أَنِ اتَّبِعْ مِلَّةَ إِبْرَاهِيمَ حَنِيفًا وَمَا كَانَ مِنَ الْمُشْرِكِينَ



“Kemudian Kami wahyukan kepadamu (Muham-mad): ’Ikutilah agama Ibrahim seorang yang hanif dan bukanlah dia termasuk orang-orang yang mempersekutukan Robb.” [QS. an-Nahl (16): 123]

c. Kita diperintahkan untuk ittiba’.


اتَّبِعُوا مَا أُنْزِلَ إِلَيْكُمْ مِنْ رَبِّكُمْ وَلا تَتَّبِعُوا مِنْ دُونِهِ أَوْلِيَاءَ قَلِيلا مَا تَذَكَّرُونَ

“Ikutilah apa yang diturunkan kepada kalian dari Robb kalian dan janganlah kalian mengi-kuti wali-wali selain-Nya. Amat sedikitlah kalian mengambil pelajaran (daripadanya).” [QS. al-A’rof (7): 3]

قُلْ يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنِّي رَسُولُ اللَّهِ إِلَيْكُمْ جَمِيعًا الَّذِي لَهُ مُلْكُ السَّمَاوَاتِ وَالأرْضِ لا إِلَهَ إِلا هُوَ يُحْيِي وَيُمِيتُ فَآمِنُوا بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ النَّبِيِّ الأمِّيِّ الَّذِي يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَكَلِمَاتِهِ وَاتَّبِعُوهُ لَعَلَّكُمْ تَهْتَدُونَ

“Katakanlah: ’Hai manusia, sesungguhnya aku adalah utusan Alloh kepada kalian semua, yaitu Alloh yang mempunyai kerajaan langit dan bumi; tidak ada Robb (yang berhak disembah) selain Dia, yang menghidupkan dan mematikan, maka berimanlah kalian kepada Alloh dan Rosul-Nya, nabi yang ummi yang beriman kepada Alloh dan kepada kalimat-kalimat-Nya (kitab-kitab-Nya) dan ikutilah dia, supaya kalian mendapat petunjuk.” [QS. al-A’rof (7): 158]

d. Ittiba’ adalah bukti kecintaan kepada Alloh Subhanahu Wataala. dan merupakan syarat mendapatkan kecintaan-Nya

قُلْ إِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّونَ اللَّهَ فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ اللَّهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ

“Katakanlah: ’Jika kalian (benar-benar) mencintai Alloh, ikutilah aku, niscaya Alloh akan men-cintai kalian dan mengampuni dosa-dosa kalian. Alloh Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” [QS. Ali ‘Imron (3): 31]

Untuk lebih menyelami keterkaitan hubungan antara ittiba’ dengan sirotulmustaqim, mari kita renungkan bersama ayat-ayat berikut:

إِنَّكَ لَمِنَ الْمُرْسَلِينَعَلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ

“Sesungguhnya kamu (wahai Rosululloh) salah seorang dari rosul-rosul. (Yang berada) di atas sirôtulmustaqîm (jalan yang lurus).”[QS. Yasin (36): 3-4]

وَكَذَلِكَ أَوْحَيْنَا إِلَيْكَ رُوحًا مِنْ أَمْرِنَا مَا كُنْتَ تَدْرِي مَا الْكِتَابُ وَلا الإيمَانُ وَلَكِنْ جَعَلْنَاهُ نُورًا نَهْدِي بِهِ مَنْ نَشَاءُ مِنْ عِبَادِنَا وَإِنَّكَ لَتَهْدِي إِلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ

“Dan sesungguhnya (wahai Rosululloh) kamu benar-benar memberi petunjuk kepada sirotulmustaqim (jalan yang lurus).” [QS. asy-Syuro (42): 52]

C.Sumber yang benar dalam hukum dan pemahaman.

Salah satu rambu sirotulmustaqim yang sangat penting adalah menimba pemahaman Islam atau hidâyah dari sumber yang benar. Satu-satunya sumber yang mutlak benar dalam Islam adalah wahyu Alloh Subhanahu Wataala. yang berben-tuk al-Qur’an dan al-Hadits (as-Sunnah), yang harus dirujukkan (disandarkan pemahamannya) kepada Alloh Subhanahu Wataala. dan Rosul-Nya .

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا أَطِيعُوا اللَّهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ وَأُولِي الأمْرِ مِنْكُمْ فَإِنْ تَنَازَعْتُمْ فِي شَيْءٍ فَرُدُّوهُ إِلَى اللَّهِ وَالرَّسُولِ إِنْ كُنْتُمْ تُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ ذَلِكَ خَيْرٌ وَأَحْسَنُ تَأْوِيلا
“Hai orang-orang yang beriman, taatilah Alloh dan taatilah Rosul-Nya, dan ulil amri di antara kalian. Kemudian jika kalian bersengketa tentang sesuatu, maka kembalikanlah hal itu kepada Alloh (al-Qur’an) dan Rosul (sunnahnya), jika kalian benar-benar beriman kepada Alloh dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama dan lebih baik akibatnya ” [QS. an-Nisa’ (4): 59]

وَمَا كَانَ لِمُؤْمِنٍ وَلا مُؤْمِنَةٍ إِذَا قَضَى اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَمْرًا أَنْ يَكُونَ لَهُمُ الْخِيَرَةُ مِنْ أَمْرِهِمْ وَمَنْ يَعْصِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ ضَلَّ ضَلالا مُبِينًا

“Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mukmin dan tidak (pula) bagi perempuan yang mukminah, apa-bila Alloh dan Rosul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) dalamurusan mereka. Dan barangsiapa mendurhakai Alloh dan Rosul-Nya, maka sungguh-lah dia telah sesat, dengan kesesatan yang nyata.” [QS. al-Ahzab (33): 36]

Rosululloh Salallahu Alaihi Wasalam bersabda:
(( أَلاَ إِنِّيْ أُوْتِيْتُ اْلكِتَابَ وَمِثْلَهُ مَعَهُ ))

“Ketahuilah, sesungguhnya aku diberikan al-Kitab (al-Qur’an) dan wahyu yang semisal dengannya (yaitu al-hadits).” (HR. Abu Dawud dan Tirmidzi)

(( تَرَكْتُ فِيْكُمْ أَمْرَيْنِ لَنْ تَضِلُّوْامَا تَمَسَّكْتُمْ بِهِمَا كِتَابَ اللهِ وَسُنَّةَ نَبِيِّهِ ))

“Aku tinggalkan kepada kalian dua perkara yang tidak akan sesat kalian selama kalian berpegang teguh pada keduanya, yaitu: Kitabulloh (al-Qur’an) dan sunnah Nabi-Nya.” (HR. Tirmidzi, Abu Dawud dan Ahmad)

D. Metode Pemahaman yang benar.

Ahlus Sunnah berpegang teguh kepada pemahaman dan metode pemahaman para sahabat, karena mereka adalah umat yang telah mendapat “serfitikat kebenaran mereka adalah hukum yang wajib diikuti dan tidak boleh memilih pilihan lain selain pilihan mereka.” dari Alloh Subhanahu Wataala. melalui banyak ayat-ayat al-Qur’an. Demikian pula jika mereka telah berijma’ terhadap sua-tu masalah, maka ijma’
Selain memberikan “serfitikat kebenaran” tersebut, Alloh Subhanahu Wataala. pun telah mengancam orang-orang yang me-nyelisihi mereka. Untuk lebih jelasnya, marilah kita renungkan hal-hal berikut:

وَمَنْ يُشَاقِقِ الرَّسُولَ مِنْ بَعْدِ مَا تَبَيَّنَ لَهُ الْهُدَى وَيَتَّبِعْ غَيْرَ سَبِيلِ الْمُؤْمِنِينَ نُوَلِّهِ مَا تَوَلَّى وَنُصْلِهِ جَهَنَّمَ وَسَاءَتْ مَصِيرًا

“Dan barangsiapa yang menentang Rosul sesudah jelas kebenaran baginya, dan mengikuti jalan yang bukan jalan orang-orang mukmin, Kami leluasakan dia di kesesatannya yang telah dijalani-nya itu, dan kami masukkan ia ke dalam Jahannam, dan Jahannam itu adalah seburuk-buruk tempat kembali.” [QS. an-Nisa’ (4): 115]

كُنْتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَتُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ


“Kalian adalah umat yang terbaik yang dila-hirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Alloh.” [QS. Ali ‘Imron (3): 110]


لَقَدْ رَضِيَ اللَّهُ عَنِ الْمُؤْمِنِينَ إِذْ يُبَايِعُونَكَ تَحْتَ الشَّجَرَةِ فَعَلِمَ مَا فِي قُلُوبِهِمْ فَأَنْزَلَ السَّكِينَةَ عَلَيْهِمْ وَأَثَابَهُمْ فَتْحًا قَرِيبًا

“Sesungguhnya Alloh telah rido terhadap orang-orang mukmin ketika mereka berjanji setia kepadamu di awah pohon, maka AllohSubhanahu Wataala. me-ngetahui apa yang ada dalam hati mereka lalu menurunkan ketenangan atas mereka dan mem-beri balasan kepada mereka dengan kemenangan yang dekat (waktunya).” [QS. al-Fath (48): 18]

فَإِنْ آمَنُوا بِمِثْلِ مَا آمَنْتُمْ بِهِ فَقَدِ اهْتَدَوْا وَإِنْ تَوَلَّوْا فَإِنَّمَا هُمْ فِي شِقَاقٍ فَسَيَكْفِيكَهُمُ اللَّهُ وَهُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ

“Maka jika mereka beriman kepada apa yang kalian telah beriman kepadanya, sungguh mereka telah mendapat petunjuk; dan jika mereka berpaling, sesungguhnya mereka berada dalam penentangan (kesesatan). Maka Alloh akan memelihara kalian dari mereka. Dan Dia-lah yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” [QS. al-Baqoroh (2): 137]

Rosululloh Salallahu Alaihi Wasalam bersabda:
(( لاَ يَجْمَعُ اللهُ هَذِهِ الأُمَّةَ عَلَى ضَلاَلَةِ ))

“Alloh tidak akan menghimpun umat ini dalam kesesatan!” (HR. Hakim)

Jadi sudah menjadi keharusan yang pasti yang didukung oleh dalil yang kuat dan logika yang sehat untuk mengikuti ”jejak dan pemahaman” orang-orang yang Alloh Subhanahu Wataala. te-lah menamakan mereka ”orang-orang mukmin” dan sebagai ”sebaik-baik umat” serta dipuji-Nya dalam ba-nyak ayat-ayat al-Qur’an, juga mereka adalah orang-orang yang Alloh Subhanahu Wataala. sendiri telah menyatakan bahwa Dia telah rido terhadap mereka serta mengancam orang-orang yang meng-ikuti selain jalan mereka. Rido Alloh Subhanahu Wataala. senantiasa untuk mereka! Mereka telah membayar dengan darah mereka dan dengan semua apa yang mereka miliki untuk sampai-nya hidayah yang mulia ini ke dalam hati-hati kita

0 komentar:

Posting Komentar

Jalan yang dapat ditempuh manusia di dunia ini sangatlah banyak, akan tetapi hanya satu jalan yang dapat mengantarkan kepada surga Allah, yaitu Shirotulmustaqim. Namun syetan senantiasa berusaha menyesatkan manusia dari jalan ini. Kita bisa saksikan betapa banyak manusia yang tidak menyadari bahwa dirinya sedang berjalan di jalan yang akan menjerumuskannya ke neraka. Oleh karena itu, melalui blog ini, kami ingin memberikan penjelasan mengenai jalan Shirotulmustaqim, yakni satu-satunya jalan yang akan menyelamatkan kita. Selamat membaca artikel-artikel di blog ini..!!